Teknologi Militer Topang Poros Maritim

Scanned Article | Oleh Arif Hulwan6 Nov 2014 Page 6

Industri sipil dan industri militer harus bekerja sama dalam merealisasikan gagasan pemerintahan Jokowi-JK.

[Media Indonesia] PENGEMBANGAN teknologi militer penting untuk mendukung dan merealisasikan gagasan besar tentang poros maritim dunia. Banyak peralatan militer bisa dimanfaatkan bagi kehidupan masyarakat kepulauan.

Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), mesti ada sinergi antara riset industri dan pertahanan. Tanpa kemampuan industri maritim yang kuat, eksplorasi kekayaan alam demi kepentingan ekonomi masyarakat kepulauan tidak bisa berj alan maksimal.

“Untuk ekonomi kepulauan, apabila kekayaan alam tanpa kemampuan industri maritim, tak bisa dijalankan sebaikbaiknya. Ini bukan untuk pertahanan (saja), tapi juga memajukan bangsa dan memanfaatkan demi perekonomian bangsa, membuka lapangan kerja,” tutur JK saat pembukaan pameran industri pertahanan Jrido Defence 2014 Expo, di Jakarta International Expo, kemarin.

Ia menjelaskan benang merah kemiliteran dengan negara maritim ada pada perkembangan industri. Industri militer dengan industri manufaktur–bagi kepentingan kelautan–memiliki hubungan saling menguntungkan.

“Teknologi pertahanan juga dapat membawa manfaat. Kita mengenal tidak ada satu pun yang tak pakai internet. Itu berasal dari teknologi militer. Perdagangan itu pakai kontainer. Itu pakai teknologi militer. Itu artinya teknologi militer bisa membawa manfaat,” jelasnya.

Ia mengakui penggunaan utama teknologi militer ialah menaklukkan musuh di medan perang. Realitasnya, mereka yang punya teknologi canggih lebih banyak memenangi perang. “Karena itulah teknologi bukan hal mudah. Butuh riset dan biaya besar. Butuh saling mengisi dan saling kerja sama,” paparnya.

Kerja sama yang dimaksud, imbuh JK, ialah antara industri sipil dan kepentingan pertahanan. Hal itu bisa dilihat pada awal pendirian BUMN yang memproduksi alat pertahanan, PT Pindad (persero).

“Negara tidak punya dana untuk beli senjata. Lalu Pindad, dari industri panci, bisa jadi industri senjata yang bekerja sama dengan industri mesin dan mobil. Kita hadir di sini dalam Indo Defence, harapkan ada kerja sama yang luas dan saling menunjang karena bisa menciptakan perdamaian,” urai JK.

Saat membuka pameran yang berlangsung 5-8 November 2014 itu, JK didampingi antara lain Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Sudirman Said, KSAL Laksamana Marsetio, serta KSAU Marsekal Ida Bagus Putu Dunia.

Ajang tersebut memamerkan produk persenjataan dari sekitar 700 industri pertahanan dari 56 negara, di antaranya Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Rusia, Brasil, Republik Ceko, Turki, Qatar, dan Malaysia. Dari dalam negeri, pabrikan yang ikut memajang produk antara lain PT Pindad, PT INTI, PT Krakatau Steel, PT PAL, PT Industri Kapal Indonesia, dan PT Palindo Marine.

Selain itu, sejumlah institusi pertahanan dan keamanan dalam negeri ikut memasarkan produk, seperti TNI, Polri, LIPI, Lap an, dan Kementerian Perindustrian.

Intai tempur
Sementara itu, Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI-AD memperkenalkan kendaraan intai tempur terbaru, Fin Komodo, di pameran tersebut. “Kendaraan Komodo ini basil riset mandiri dislitbang dengan menggandeng PT Fin Komodo Teknologi yang berbasis di Cimahi, Jabar,” jelas Kepala Seksi Rekayasa Mekanik Laboratorium Dislitbang TNI-AD Mayor (Inf) Rudy Heru Yudono. (Ant/P-3)

Darkwin Web's Official